18.8.11

Pengaruh Kepemilikan Asing atas Obligasi terhadap Rating Obligasi

Mailda Alfriska

Universitas Gunadarma

Fakultas Ekonomi – Akuntansi

Jakarta Selatan, Indonesia

ABSTRAKSI

Penelitian valuta asing telah banyak dilakukan berbagai pihak untuk kepentingan masing-masing baik akademisi maupun untuk kepentingan bisnis. Kepemilikan asing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rating dari obligasi. Rating merupakan salah satu variabel yang diperhatikan oleh investor ketika memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan. Informasi yang terkandung dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh investor. Oleh sebab itu, agar obligasi suatu perusahaan yang memiliki rating yang cukup rendah, dapat dijual di pasar, maka biasaya investor akan menentut suatu premi yang lebih tinggi, sebagai suatu kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh investor.

Keyword: Kepemilikan Asing, Obligasi, Rating Obligasi


PENDAHULUAN

Pergerakan nilai valuta asing terutama Kurs Dollar sangat sering dipantau berbagai pihak untuk melihat seberapa jauh pergerakan harga valuta asing tersebut. Pemantauan atas nilai valuta asing sangat dibutuhkan bagi pihak yang mempunya eksposure dalam valuta asing terutama Indonesia yang banyak pada US Dollar. Adapun eksposure yang dimaksudkan yaitu adanya hutang dalam bentuk valuta aisng; pendapatan dalam bentuk valuta asing, biaya bahan baku dibeli dalam valuta asing dan investasi dalam bentuk valuta asing. Valuta asing ini dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian pada laporan keuangan, sehingga banyak para pengelola perusahaan untuk menghindar transaksi ini.

Penelitian valuta asing telah banyak dilakukan berbagai pihak untuk kepentingan masing-masing baik akademisi maupun untuk kepentingan bisnis. Ulfa (2003) membahas faktor non ekonomi yang mempengaruhi valuta asing setelah Indonesia krisis pada tahun 1997. Wibowo (2005) melakukan penelitian terhadap valuta asing dengan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi nilai valuta asing yaitu selisih pendapatan riil Indonesia Amerika, selisih inflasi Indonesia dan Amerika, selisih tingkat bunga Indonesia dan Amerika serta nilai kurs valuta asing pada periode sebelumnya. Kardoyo dan Kuncoro mencoba memberikan alternatif peramalan nilai kurs valuta asing dengan menggunakan pendekatan Box-Jenkins.

Pada sisi lain, banyak juga investor asing melakukan investasi pada instrument investasi di Indonesia seperti Sertifikat bank Indonesia, Obligasi dan saham. Penempatan asing pada instrumen ini sangat besar, misalanya pada akhi Juni ada sebesar Rp. 44 trilliun pada SBI dan pada Obligasi Pemerintah juga dianggap besar. Berbagai pihak baik praktisi maupun akademisi menduga kepemilikan asing ini akan mempengaruhi kurs dollar. Semakin besar kepemilikan asing terhadap instrument ini diduga maka semakin besar volatilitas kurs dollar tersebut.

Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan (financing) bagi Pemerintah dan Perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo.

Sebelum suatu penerbit (perusahaan/negara) mengeluarkan suatu obligasi, maka akan dilakukan proses pengujian terhadap obligasi tersebut, dimana di indonesia di lakukan oleh Bapepam selaku pengawas pasar modal dan dilakukan pengujian peringkat (rating) obligasi. Biasanya proses penerbitan secara keseluruhan membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan, sebelum obligasi tersebut dinyatakan dapat diterbitkan dan bisa dibeli investor.

Rating merupakan salah satu acuan dari investor ketika akan memutuskan membeli suatu obligasi. Proses rating sebuah obligasi membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan. Jika pemerintah yang menjadi penerbit obligasi, maka biasanya rating obligasi tersebut sudah merupakan investment grade (level A), karena pemerintah akan memiliki kemampuan untuk melunasi kupon dan pokok utang (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo. Akan tetapi, ketika perusahaan yang menjadi penerbit suatu obligasi, maka biasanya obligasi tersebut memiliki probabilitas default, tergantung dari kesehatan keuangan perusahaan tersebut. Resiko default tersebut dapat dipengaruhi oleh siklus bisnis yang berubah sehingga menurunkan perolehan laba, kondisi ekonomi makro dan situasi politik yang terjadi, dan lain sebagainya.

Sesuai dengan uraian sebelumnya maka paper ini akan mencoba membahas Pengaruh Kepemilikan Asing atas Obligasi terhadap Rating Obligasi

TUJUAN PENELITIAN

Untuk menganalisis pergerakan volatilitas Kurs Dollar terhadap Rupiah dan melihat pengaruh dari kepemilikan asing atas Obligasi terhadap rating dari Obligasi tersebut.

LANDASAN TEORI

Teori Nilai Tukar Uang (Exchange Rate Theory)

Nilai tukar (kurs) mata uang asing mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam aktivitas bisnis yang dilakukan individu, perusahaan, maupun suatu negara. Para ekonom dan akademisi telah mengeluarkan berbagai teori yang menjelaskan pergerekan nilai tukar mata uang. Terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori nilai tukar yaitu pendekatan Purchasing Power Parity (PPP); pendekatan PPP dan Interest Rate Parity yang sering dikenal dengan pendekatan Modern Asset View; Pendekatan Moneter atau pendekatan Modern Asset View II, dimana pendekatan ini dapat dikelompokkan pada Mundell Fleming Model; Monetarist Model; ’Sticky Price’ Model; dan Portofolio Balance Model serta pendekatan Policy Implications dimana kelompok ini menjadi PPP-Oriented exchange rate policy; Excess asset-related credit creation dan A currency devaluation.

Pendekatan Modern Asset View (PPP dan Interest Parity)

Teori ini menyatakan bahwa suku bunga, nilai tukar dan inflasi saling berkaitan satu dengan lainnya. Dalam membahas pendekatan ini maka uraiannya pada Covered Interest Rate Parity; Uncovered Interest Rate Parity dan Fisher Open Hypothesis.

Covered Interest Rate Parity

Teori ini mengatakan bahwa tidak ada keuntungan yang dapat diperoleh dari meminjam atau meminjamkan dana dari satu negara ke negara lainnya. Jika terdapat keuntungan maka interest arbitrageurs akan bergerak sehingga mencapai kondisi Covered Interest Rate Parity. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

i – i* = f – s, dimana i dan i* merupakan maka suku bunga domestik dan suku bunga negara asing. F= forward exchange rate dan s = spot exchange rate

Covered Interest Rate Parity banyak digunakan sebagai model penentuan harga untuk forward rate. Hubungan antara keempat variabel sangat penting bagi keputusan yang akan diambil oleh bank sentral, khususnya negara berkembang. Stabilisasi nilai tukar sekarang (spot) tentunya akan berpengaruh pada suku bunga domestik dan forward rate pada akhirnya. Penelitian menunjukkan bahwa Covered Interest Rate Parity dapat digunakan secara baik

Penelitian volatilitas di bursa yang telah modern telah banyak dilakukan dan memberikan berbagai variasi. Tse (1991) melakukan penelitian volatilitas di Bursa Tokyo dengan menggunakan model AutoRegressive Conditional Heteroscedascity (ARCH) dan Generalized AutoRegressive Conditional Heteroscedascity (GARCH) dengan data periode 1986 sampai dengan 1989. ARCH dan GARCH sangat cocok (fit) dengan data tetapi tidak memberikan hasil baik dalam meramalkan volatilitas dibandingkan dengan EWMA. Chan dan Karoly (1991) juga melakukan penelitian untuk Bursa di Jepang untuk periode 1977 sampai 1990 dengan model GARCH. Model GARCH sangat cocok untuk mengestimasikan volatilitas di bursa Jepang dan sekaligus mendukung penelitian sebelumnya.

Untuk kasus Indonesia, penelitian ARCH dan GARH ini telah dilakukan Manurung (1997) untuk periode 1989 sampai Juli1993. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ARCH dan GARCH tidak signifikan untuk digunakan meramalkan volatilitas bursa. Hanya volatilitas sebelumnya yang sangat mempengaruhi volatilitas sekarang. Manurung dan Nugroho (2005) melakukan penelitian Conditional varians untuk periode Desember 1996 sampai dengan Desember 2004. Metode yang dipergunakan yaitu metode Vector Autoregressive. Hasilnya menyatakan volatilitas sebelumnya signifikan mempengaruhi volatilitas sekarang.

Hubungan kurs Valas dengan Inflasi (PPP Theory)

Teori yang biasa digunakan untuk menjelaskan kurs valuta asing adalah teori paritas daya beli (Purchasing Power Parity). Teori ini menyatakan bahwa dengan meniadakan intervensi pemerintah dan hambatan perdagangan, suatu transaksi dagang barang atau jasa yang identik berada pada tingkatkan harga efektif yang sama bila dikonversi dalam satu jenis mata uang. Walaupun demikian, kondisi sulit tercapai karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: variasi produk, perbedaan selera konsumen, dan informasi yang juga memerlukan biaya. Teori paritas daya beli ini diperkenalkan oleh seorang ekonom Swedia, Gustav Cassel pada tahun 1918.

Obligasi

Obligasi merupakan suatu instrumen pendapatan tetap (fixed income securities) yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) dengan menjanjikan suatu tingkat pengembalian kepada pemegang obligasi (bondholder) atas dana yang diinvestasikan investor berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut jatuh tempo. Obligasi biasanya akan mendapatkan pemeringkatan secara berkala yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat. Beberapa lembaga pemeringkat yang secara berkala melakukan pemeringkatan terhadap obligasi yang diterbitkan, seperti Standar & Poor’s (S&P), Moody’s, Fitch Ratings, dan Pefindo. Pemeringkatan rating tersebut dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi tingkat rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya.

Lembaga pemeringkat yang mengeluarkan rating obligasi, memiliki metodologi tersendiri untuk menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi suatu rating atas obligasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut Bluum (2003) dalam penelitiannya menunjukkan beberapa faktor yang dapat menentukan penelitian rating suatu obligasi, yaitu:

• Pendapatan dan cashflow masa depan

• Utang baik jangka pendek dan panang dan kewajiban finansial

• Struktur permodalan

• Likuiditas asset perusahaan

• Situasi negara dimana perusahaan berada, seperti politik dan sosial

• Situasi pasar dimana perusahaan melakukan aktivitas bisnisnya

• Kualitas manajemen dan struktur perusahaan

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa rating yang dikeluarkan oleh lembaga rating dapat memberikan dampak terhadap pergerakan harga saham yang dimiliki oleh penerbit obligasi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Goh & Ederington (1993) menunjukkan bahwa penurunan rating akan memberikan membawa dampak negatif terhadap pergerakan harga saham di pasar modal, karena investor bereaksi negatif terhadap penurunan rating tersebut. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Nabar (2007) menunjukkan hal yang sebaliknya, dimana pengumuman rating tidak mempengaruhi pergerakan harga saham.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam menyusun journal ini dengan menggunakan metode pengambilan data yang bersifat sekunder, seperti informasi dan data-data yang terdapat pada internet dan jurnal penelitian. Untuk memudahkan pengolahan data, maka tidak semua rating perusahaan tersebut digunakan dalam penelitian ini, melainkan diambil beberapa sampel yang dipilih agar dapat mewakiliki populasi penelitian.

PEMBAHASAN

Kurs Dollar terhadap Rupiah merupakan sebuah ukuran besarnya inflasi dalam negeri dibandingkan dengan luar negeri. Bila kurs ini meningkat maka inflasi dalam negeri cukup besar dibandingkan inflasi di laur negeri. Kenaikan kurs ini mempunyai faktor positif dan negatif bagi perekonomian. Pengusaha sangat menyukai kurs ini stabil sepanjang masa dan kemungkinan stabil tidak akan terjadi tetapi dapat diharapkan akan bisa tercapai dengan berbagai kebiajakn yang dilakukan. Gambar berikut memperlihatkan volatilitas kursa selama periode 2004 sampai dengan Mei 2010.


Volatilitas kurs Dollar terrhadap Rupiah kelihatannya stabil dibawah 10% terkecuali pada periode tertentu. Periode Agustus 2005, Juni 2006 dan periode Oktober 2008 sampai dengan Januari 2009 merupakan periode yang memiliki volatilitas cukup tinggi melebihi 30 persen. Pada periode ini sebenarnya investor dapat memperoleh keuntungan dengan bermain valas, tetapi bagi Pemerintah dan pengusaha merupakan periode yagn sangat menyulitkan.

Kurs (exchange rate) suatu mata uang adalah nilai tukar atau ‘harga’ nya jika ditukar dengan mata uang lain. Sama halnya dengan harga-harga lain dalam ekonomi yang ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual, kurs juga terbentuk oleh interaksi para pelaku ekonomi yang digunakan untuk keperluan transaksi internasional.

Krugman dan Obsfeld (1991) menyatakan bahwa ada empat lembaga yang memegang peranan penting dalam pasar, yaitu bank komersial, perusahaan yang beroperasi secara internasional, lembaga keuangan non bank, dan bank sentral.

Bank komersial berada di pusat pasar valuta asing. Lembaga ini selalu melibatkan kegiatan mendebit atau kredit valuta asing dalam jumlah yang besar. Sebagian besar transaksi terkait pemidahan simpanan bank dalam berbagai mata uang asing.

Perusahaan (korporasi) yang melakukan aktivitas bisnis di mancanegara sering menerima atau membayar dengan valuta asing selain mata uang yang digunakan di pusat (headquater). Kebutuhan perusahaan atas valuta asing akan mempengaruhi persedian valuta asing yang beredar. Lembaga yang dianggap memegang peranan paling penting dalam penentuan nilai kurs. Keterlibatan bank sentral umumnya lebih banyak ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Walaupun transaksi yang dilakukan oleh suatu bank sentral tidak begitu besar tetapi transaksi yang bank sentral lakukan diamati secara ketat dan dianggap sebagai cerminan kebijakan makroekonomi.

Rating merupakan salah satu variabel yang diperhatikan oleh investor ketika memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan. Informasi yang terkandung dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh investor. Perusahaan yang memiliki rating yang tinggi, biasanya lebih disukai oleh investor dibandingkan dengan perusahaan yang perusahaan yang memiliki rating yang sangat rendah. Oleh sebab itu, agar obligasi suatu perusahaan yang memiliki rating yang cukup rendah, dapat dijual di pasar, maka biasaya investor akan menentut suatu premi yang lebih tinggi, sebagai suatu kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh investor.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil uraian dan analisis yang telah dibuat maka peneltian ini dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun model ARCH (1) dan Garch (1,1) yang tepat untuk volatilitas kurs Dollar di Indonesia.

2. Kepemilikan asing atas SBI secara statistik sangat signifikan mepengaruhi rating obligasi saat ini

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu data yang dipergunakan sebaiknya data harian agar menjelaskan keadaan sebenarnya dari volatilitas nilai kurs dollar terhadap Rupiah tersebut. Sehingga, pengambil keputusan dapat memutuskan kebijakan dengan benar sesuai harapan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Goh, J & Ederington, L (1993). Is Bond Rating Downgrades Bad News, Good News, or No News for Stockholder. Journal of Finance. 48, 2001-08.

Hanafi, M (2004). Manajemen Keuangan. Edisi 2004/2005. BPFE-Yogyakarta

Aggarwal, Reena; Inclan, Carla and Ricardo Leal (1999); Volatility in Emerging Stocks Markets; Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 34, No. 1; pp. 33 – 54.

Darmawan, D.L (2007). Pengaruh Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Return on Asset, dan Resiko Sistematika terhadap Peringkat Obligasi. Jurnal Manajemen Investasi, Vol 14 No.1.

Juliaty, R & Prastowo, D (2008). Analisa Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi kedua. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, YKPN. Yogyakarta.

Benazir, Andra Devi and Noer Azam Achsani (2008); Membangun early warning indicators Pergeraka Kurs di Indonesia; Pengembangan Business Cycle’, Jurnal Manajemen & Agribisnis; Vol. 5, No.1, pp. 1 – 13

Mailda



28.7.11

Analisis Jurnal “Equity, Bonds, and Bank Debt: Capital Structure and Financial Market Equilibrium under Asymmetric Information”

Tema

Struktur Modal dan Ekuilibrium Pasar Keuangan

o Judul : Equity, Bonds, and Bank Debt: Capital Structure and Financial Market Equilibrium under Asymmetric Information o Pengarang : Patrick Bolton

Tahun

2000

Latar Belakang

Makalah ini mengusulkan sebuah model pasar keuangan dan corporate finance, dengan informasi asimetris dan tidak ada pajak, mana masalah ekuitas, utang bank, dan pembiayaan obligasi hidup berdampingan dalam keseimbangan. Hubungan perbankan aspek intermediasi keuangan ditekankan: perusahaan beralih ke bank sebagai sumber investasi terutama karena bank yang baik untuk membantu mereka melalui masa-masa kesulitan keuangan. Ini fleksibilitas keuangan mahal karena bank-bank menghadapi biaya modal sendiri (yang mereka berusaha untuk meminimalkan melalui sekuritisasi). Untuk menghindari hal ini biaya intermediasi, perusahaan mungkin beralih ke obligasi atau pembiayaan ekuitas, namun obligasi menyiratkan biaya likuidasi tidak efisien dan biaya ekuitas dilusi informasi.

Masalah dan Tujuan

Masalah ekuitas, utang bank, dan pembiayaan obligasi hidup berdampingan dalam keseimbangan.

Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk membangun model ekuilibrium penurut pasar modal yang terdiri dari sektor perbankan dan pasar sekuritas primer, di mana perusahaan endogen menentukan struktur keuangan mereka. Model ini menggabungkan ide dari beberapa teori struktur modal yang ada di bawah informasi asimetris untuk memberikan penjelasan terpadu dari beberapa fakta yang terkenal bergaya.

Metodologi

Menggunakan Metode Matematik:

tanggal t= 0 kembali menghasilkan t=1 dan t=2

dimana:

t=0 pada investasi

t=1 pada kondisi realisasinya

t=2 pada arus kas

Hasil dan Analisis

Kita akan mempertimbangkan masalah kontrak optimal dari perspektif sebuah perusahaan H yang tahu bahwa setiap kontrak yang menawarkan untuk pemodal akan ditiru oleh perusahaan L, sehingga selalu dikumpulkan dengan L perusahaan dalam resiko yang sama diamati class.3 Dalam rangka untuk membandingkan kontrak tidak hanya untuk obligasi, tetapi juga pinjaman, kita akan mempertimbangkan kedua kontrak kontingen nonmonitored berkaitan dengan kontrak obligasi dan dipantau kontrak kontingen miri untuk pinjaman bank.

Fitur pembeda utama utang ekuitas, obligasi, dan bank yang telah dipilih untuk menekankan bahwa pinjaman bank lebih mudah untuk merestrukturisasi dari obligasi dan isu-isu ekuitas yang (baik untuk perusahaan atau bank) melibatkan biaya dilusi yang lebih tinggi. Kelemahan utama bank pinjaman adalah biaya intermediasi yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Kesimpulan

Struktur dasar dari model yang diusulkan di sini sehingga tampaknya dasar yang baik untuk menjelajahi lebih lanjut antarmuka antara keuangan dan nyata sektor dan menjawab pertanyaan dari efek perbankan regulasi pada seluruh sistem. Sebuah jalan yang penting untuk lebih lanjut penelitian, khususnya, adalah untuk mengeksplorasi secara lebih rinci efek pada agregat aktivitas perubahan likuiditas bank dan untuk menganalisis efek dari berbagai bentuk kebijakan moneter pada sektor riil dalam tertutup sepenuhnya model ekuilibrium umum, yang akan melacak efek kebijakan moneter pada kedua perusahaan dan rumah tangga. Akhirnya, sebuah pertanyaan yang menarik untuk dipertimbangkan adalah apakah keseluruhan yang berbeda struktur sistem keuangan Jerman atau Jepang versus Amerika Serikat dan Inggris memiliki konsekuensi penting untuk bagaimana guncangan moneter bisa ditransmisikan ke sektor riil.

Mailda